Dorongan seksual atau lebih populer disebut gairah seksual, akan menimbulkan reaksi seksual. Pada wanita, reaksi seksual awal berupa ereksi klitoris dan perlendiran vagina. Puncak reaksi seksual adalah orgasme.
Keluhan Anda perlu diperjelas, apakah Anda mengalami hambatan dorongan seksual ataukah hambatan pada reaksi seksual. Kalau Anda mengalami hambatan dorongan seksual, berarti Anda tidak merasakan adanya gairah seksual. Dengan kalimat umum mungkin menjadi “tidak merasa ingin melakukan hubungan seksual”.
Sebaliknya, kalau mengalami hambatan reaksi seksual, berarti Anda tetap merasa ingin melakukan hubungan seksual, namun tidak mengalami ereksi klitoris dan perlendiran vagina. Kedua masalah itu seringkali dikacaukan, sehingga penanganannya juga kacau.
Dorongan seksual atau gairah seksual dipengaruhi oleh hormon seks testosteron, keadaan kesehatan tubuh, faktor psikis, dan pengalaman seksual sebelumnya. Kalau semua faktor tersebut baik, dorongan seksual pun baik. Sebaliknya, bila salah satu atau lebih faktor tersebut mengalami hambatan, dorongan seksual akan terhambat, sehingga menjadi tidak terangsang.
Kalau Anda mengalami hambatan pada salah satu atau lebih faktor di atas, dorongan seksual menjadi terhambat. Akibatnya, Anda menjadi tidak terangsang. Rangsangan pendahuluan atau yang Anda sebut foreplay memang diperlukan.
Namun, kalau terjadi hambatan pada salah satu faktor di atas, rangsangan pendahuluan juga akan mengalami hambatan sehingga dorongan seksual tetap tidak dirasakan. Akibat lebih jauh, reaksi seksual juga mengalami hambatan, yang berarti perlendiran vagina tidak terjadi.
Berbeda bila Anda mengalami hambatan pada reaksi seksual. Dalam keadaan ini, Anda tetap merasakan ada gairah seksual, tetapi klitoris tidak dapat mengalami ereksi dan vagina tidak mengalami perlendiran.
Kalau dalam keadaan begini hubungan seksual dipaksakan, tentu akan menimbulkan rasa sakit. Kalau keadaan begini terus dibiarkan, kemudian dapat menimbulkan akibat lebih buruk lagi.
Untuk mengatasinya, perlu diketahui lebih dulu penyebabnya. Penyebab yang ada harus diatasi dulu. Artinya, penanganan kedua jenis gangguan fungsi seksual itu tidak sama. Yang pasti, masalah ini harus diatasi agar tidak menimbulkan akibat lebih buruk lagi.
Tentu saja Anda memerlukan konsultasi lebih lanjut dan pemeriksaan untuk menentukan dengan pasti apa yang sebenarnya Anda alami, dan apa penyebabnya. Setelah itu barulah dapat diberikan pengobatan yang tepat.
Saya sarankan suami tidak memaksakan hubungan seksual. Kalau dipaksakan, pasti Anda akan kesakitan, dan ini dapat menimbulkan gangguan fungsi seksual yang lain, yang pasti lebih buruk.
Melalui komunikasi yang baik, saya harap suami dapat mengerti sehingga tidak memaksakan keinginannya untuk melakukan hubungan seksual sebelum masalah Anda dapat diatasi. @
Oleh: Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Dokter Ahli Andrologi dan Seksologi
Tiba-tiba tidak terangsang lagi saat melakukan hubungan intim, bahkan pada daerah vagina sampai terasa sakit saat dipaksakan berhubungan, merupakan keadaan yang tidak dapat dibiarkan. Apa akibatnya? Apa pula penyebabnya, dan bagaimana solusinya?
Kasus:
“Saya wanita 29 tahun dan suami 30 tahun. Kami telah tiga tahun menikah dan dikaruniai anak yang berusia 1,5 tahun. Sejak menikah dan mempunyai anak, kehidupan seks kami berjalan normal. Hanya saja, tiga bulan terakhir ini saya mengalami gangguan dalam berhubungan intim dengan suami. Padahal, dalam keluarga kami tidak ada masalah dan harmonis. Biasanya sebelum berhubungan, yaitu ketika foreplay, saya merasa sangat terangsang. Namun, saat ini yang saya rasakan justru tidak pernah lagi terangsang sehingga sulit berhubungan. Padahal, kami sudah melakukan foreplay yang cukup lama. Pernah suatu ketika suami memaksakan hubungan. Saat itu saya merasakan sakit luar biasa. Kini saya merasa takut melakukan hubungan seks. Yang menjadi pertanyaan saya, mengapa saya tidak terangsang akhir-akhir ini sehingga rasanya vagina seakan-akan tidak mau terbuka dan kering? Apakah ada gangguan dengan reproduksi saya?”
(Nengah, Denpasar)
Jawab:
Dorongan atau Reaksi?
- Pada fungsi seksual sebenarnya ada dua komponen utama, yaitu dorongan seksual dan reaksi seksual.
Dorongan seksual atau lebih populer disebut gairah seksual, akan menimbulkan reaksi seksual. Pada wanita, reaksi seksual awal berupa ereksi klitoris dan perlendiran vagina. Puncak reaksi seksual adalah orgasme.
Keluhan Anda perlu diperjelas, apakah Anda mengalami hambatan dorongan seksual ataukah hambatan pada reaksi seksual. Kalau Anda mengalami hambatan dorongan seksual, berarti Anda tidak merasakan adanya gairah seksual. Dengan kalimat umum mungkin menjadi “tidak merasa ingin melakukan hubungan seksual”.
Sebaliknya, kalau mengalami hambatan reaksi seksual, berarti Anda tetap merasa ingin melakukan hubungan seksual, namun tidak mengalami ereksi klitoris dan perlendiran vagina. Kedua masalah itu seringkali dikacaukan, sehingga penanganannya juga kacau.
Dorongan seksual atau gairah seksual dipengaruhi oleh hormon seks testosteron, keadaan kesehatan tubuh, faktor psikis, dan pengalaman seksual sebelumnya. Kalau semua faktor tersebut baik, dorongan seksual pun baik. Sebaliknya, bila salah satu atau lebih faktor tersebut mengalami hambatan, dorongan seksual akan terhambat, sehingga menjadi tidak terangsang.
Kalau Anda mengalami hambatan pada salah satu atau lebih faktor di atas, dorongan seksual menjadi terhambat. Akibatnya, Anda menjadi tidak terangsang. Rangsangan pendahuluan atau yang Anda sebut foreplay memang diperlukan.
Namun, kalau terjadi hambatan pada salah satu faktor di atas, rangsangan pendahuluan juga akan mengalami hambatan sehingga dorongan seksual tetap tidak dirasakan. Akibat lebih jauh, reaksi seksual juga mengalami hambatan, yang berarti perlendiran vagina tidak terjadi.
Berbeda bila Anda mengalami hambatan pada reaksi seksual. Dalam keadaan ini, Anda tetap merasakan ada gairah seksual, tetapi klitoris tidak dapat mengalami ereksi dan vagina tidak mengalami perlendiran.
Kalau dalam keadaan begini hubungan seksual dipaksakan, tentu akan menimbulkan rasa sakit. Kalau keadaan begini terus dibiarkan, kemudian dapat menimbulkan akibat lebih buruk lagi.
Hindari Paksaan
- Tampaknya perlu lebih jelas diketahui, gangguan mana yang Anda alami, apakah hambatan gairah seksual ataukah hambatan pada reaksi seksual. Walaupun kedua masalah itu berkaitan erat, penyebabnya bisa berbeda.
Untuk mengatasinya, perlu diketahui lebih dulu penyebabnya. Penyebab yang ada harus diatasi dulu. Artinya, penanganan kedua jenis gangguan fungsi seksual itu tidak sama. Yang pasti, masalah ini harus diatasi agar tidak menimbulkan akibat lebih buruk lagi.
Tentu saja Anda memerlukan konsultasi lebih lanjut dan pemeriksaan untuk menentukan dengan pasti apa yang sebenarnya Anda alami, dan apa penyebabnya. Setelah itu barulah dapat diberikan pengobatan yang tepat.
Saya sarankan suami tidak memaksakan hubungan seksual. Kalau dipaksakan, pasti Anda akan kesakitan, dan ini dapat menimbulkan gangguan fungsi seksual yang lain, yang pasti lebih buruk.
Melalui komunikasi yang baik, saya harap suami dapat mengerti sehingga tidak memaksakan keinginannya untuk melakukan hubungan seksual sebelum masalah Anda dapat diatasi. @
Belum ada tanggapan untuk "Istri Tidak Terangsang Lagi"
Post a Comment