Pada pembahasan sesion ini kita akan mengangkat masalah
pacaran. Pacaran yang sudah merupakan fenomena mengejala dan bahkan sudah
seperti jamur dimusim hujan menjadi sebuah ajang idola bagi remaja. Cinta
memang sebuah anugerah, cinta hadir untuk memaniskan hidup di dunia
apalagi rasa cinta kepada lawan jenis, sang pujaan hati atau sang kekasih hati
menjadikan cinta itu begitu terasa manis bahkan kalo orang bilang bila orang
udah cinta maka empedu pun terasa seperti gula. Begitulah cinta, sungguh hal
yang telah banyak menjerumuskan kaum muslimin ke dalam jurang kenistaan
manakala tidak berada dalam jalur rel yang benar. Mereka sudah tidak tahu lagi
mana cinta yang dibolehkan dan mana yang dilarang.
Kehidupan seorang muslim atau muslimah tanpa pacaran adalah
hambar, begitulah kata mereka. Kalau dikatakan nggak usah kamu pacaran maka
serentak ia akan mengatakan " Lha kalo nggak pacaran, gimana kita bisa
ngenal calon pendamping kita ?". kalo dikatakan pacaran itu haram akan dikatakan,
" pacaran yang gimana dulu.". Beginilah keadaan kaum muda sekarang,
racun syubhat, dan racun membela hawa nafsu sudah menjadi sebuah hakim
akan hukum halal-haram, boleh dan tidak. Tragis memang kondisi kita ini,
terutama yang muslimah. Mereka para muslimah kebanyakan berlomba-lomba untuk
mendapatkan sang pacar atau sang kekasih, apa sebabnya, " Aku takut nggak
dapat jodoh ". Muslimah banyak ketakutannya tentang calon pendamping,
karena mereka tahu bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1 : 5.
Tapi apakah jalan pacaran sebagai penyelesaian ? Jawabnya Tidak. Bagaimana
bisa, kita ikuti selengkapnya pembahasan ini sebagai berikut, ( diambil dari
buku Pacaran dalam Kacamata Islam karya Abdurrahman al-Mukaffi)
Dikatakan beliau bahwa pacaran dikategorikan sebagai
nafsu syahwat yang tidak dirahmati oleh Allah, karena ketiga rukun yang
menumbuhkan rasa cinta menyatu di luar perkawinan. Hal ini dilakukan dengan
dalih sebagai suatu penjajakan guna mencari partner yang ideal dan serasi bagi
masing-masing pihak. Tapi dalam kenyataannya masa penjajakan ini tidak lebih
dimanfaatkan sebagai pengumbaran nafsu syahwat semata-mata, bukan bertujuan
secepatnya untuk melaksanakan perkawinan
Hal ini tercermin dari anggapan mereka bahwa merasakan
ideal dalam memilih partner jika ada sifat-sifat sebagai berikut :
- Mereka merasa beruntung sekali jika
selalu dapat berduaan, dan berpisah dalam waktu pendek saja tidak tahan
rasanya. Dan keduanya merasa satu sama
lain saling memerlukan.
- Mereka merasa cocok satu sama lainnya.
Karena segala permasalahan yang sedang dihadapi dan dirasakan menjadi
masalah yang perlu dicari pemecahannya bersama. Hal ini dimungkinkan
karena mereka satu dengan lainnya merasa dapat mencapai saling pengertian
dalam seluruh aspek kehidupannya.
- Mereka satu sama lain senantiasa
berusaha sekuat tenaga untuk menuruti kemauan sang kekasih. Hal ini
dimungkinkan karena perasaan cinta yang telah tumbuh secara sempurna
dengan pertautan yang kuat.
Tapi tanpa disadari, pacaran itu sendiri telah melambungkan
perasaan cinta makin tinggi. Di sisi lain pacaran menjurus pada hubungan intim
yang merusak cinta, melemahkan dan meruntuhkannya. Karena pada hakekatnya
hubungan intim dalam pacaran adalah tujuan yang hendak dicapai dalam pacaran.
Oleh karena itu orang yang pacaran selalu mendambakan kesyahduan. Dengan
tercapainya tujuan tersebut kemungkinan tuntutannya pun mereda dan gejolak
cintanya melemah. Hingga kebencian menghantui si bunga yang telah layu, karena
si kumbang belang telah menghisap kehormatan secara haram.
Tak ubahnya seperti apa yang dinginkan oleh seorang pemuda
untuk memadu cinta dengan dara jelita kembang desanya. dalam pandangannya sang
dara tampak begitu sempurna. Hingga kala itu pikiran pun hanyut, malam
terkenang, siang terbayang, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak, selalu
terbayang si dia yang tersayang. Hingga tunas kerinduan menjamur
menggapai tangan, menggelitik sambil berbisik. Bisikan nan gemulai, tawa-tawa
kecil kian membelai, canda-canda hingga terkulai, karena asyik, cinta pun telah
menggulai. Menggulai awan yang mengawang, merobek cinta yang tinggi membintang,
hingga luka mengubur cinta.
Bagaimana pandangan Ibnu Qoyyim tentang hal ini ? Kata
Ibnu Qoyyim, " Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak
cinta. Malah, cinta diantara keduanya akan berakhir dengan sikap saling
membenci dan bermusuhan. Karena bila keduanya telah merasakan kenikmatan dan
cita rasa cinta, tidak boleh tidak akan timbul keinginan lain yang tidak
diperoleh sebelumnya. "
" Bohong !" Itulah pandangan mereka guna
membela hawa nafsunya yang dimurkai Allah, yakni berpacaran. Karena mereka
telah tersosialisasi dengan keadaan seperti ini, seolah-olah mengharuskan
adanya pacaran dengan bercintaan secara haram. Bahkan lebih dari itu mereka
berani mengikrarkan, bahwa cinta yang dilahirkan bersama dengan sang pacar
adalah cinta suci dan bukan cinta birahi. Hal ini didengung-dengungkan,
dipublikasikan dalam segala bentuk media, entah cetak maupun elektronika. Entah
yang legal maupun ilegal. Padahal yang diistilahkan kesucian dalam islam adalah
bukanlah semata-mata kepemudaan, kegadisan dan selaput dara saja. Lebih dari
itu, kesucian mata, telinga, hidung, tangan dan sekujur anggota tubuh, bahkan
kesucian hati wajib dijaga. Zinanya mata adalah berpandangan dengan lawan jenis
yang bukan muhrimnya, zinanya hati adalah membayangkan dan menghayal,
zinanya tangan adalah menyentuh tubuh wanita yang bukan muhrim. Dan pacaran
adalah refleksi hubungan intim, dan merupakan ring empuk untuk memberi
kesempatan terjadinya segala macam zina ini.
Rasulullah bersabda,
" Telah tertulis atas anak adam nasibnya dari hal
zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tak dapat tidak. Zinanya mata adalah
melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan
adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan, zina hati adalah ingin dan
berangan-angan. Dibenarkan hal ini oleh kelaminnya atau didustakannya."
Jika kita sejenak mau introspeksi diri dan mengkaji
hadist ini dengan kepala dingin maka dapat dipastikan bahwa segala macam bentuk
zina terjadi karena motivasi yang tinggi dari rasa tak pernah puas sebagai
watak khas makhluk yang bernama manusia. Dan kapan saja, dimana saja,
perasaan tak pernah puas itu selalu memegang peranan. Seperti halnya dalam
berpacaran ini. Pacaran adalah sebuah proses ketidakpuasan yang terus
berlanjut untuk sebuah pembuktian cinta. Kita lihat secara umum tahapan dalam pacaran.
- Perjumpaan pertama, yaitu perjumpan
keduanya yang belum saling kenal. Kemudian berkenalan baik melalui
perantara teman atau inisiatif sendiri. hasrat ingin berkenalan ini begitu
menggebu karena dirasakan ada sifat2 yang menjadi sebab keduanya merasakan
getaran yang lain dalam dada. Hubungan pun berlanjut, penilaian terhadap
sang kenalan terasa begitu manis, pertama ia
nilai dengan daya tarik fisik dan penampilannya, mata sebagai juri. Senyum
pun mengiringi, kemudian tertegun akhirnya, akhirnya jantung berdebar, dan
hati rindu menggelora. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah kata-kata
pujian, kemudian ia tuliskan dalam buku diary, "Akankah ia
mencintaiku." Bila bertemu ia akan pandang berlama-lama, ia akan
puaskan rasa rindu dalam dadanya.
- Pengungkapan diri dan pertalian, disinilah tahap ucapan I
Love You, "Aku mencintaimu". Si Juliet akan sebagai penjual akan
menawarkan cintanya dengan rasa malu, dan sang Romeo akan membelinya
dengan, "I LOve You". Jika Juliet diam dengan tersipu dan
tertunduk malu, maka sang Romeo pun telah cukup mengerti dengan sikap itu.
Kesepakatan pun dibuat, ada ijin sang romeo untuk datang kerumah,
"Apel Mingguan atau Wakuncar ". Kapan pun sang Romeo pengin
datang maka pintu pun terbuka dan di sinilah mereka akan menumpahkan
perasaan masing-masing, persoalanmu menjadi persoalannya, sedihmu menjadi
sedihnya, sukamu menjadi riangnya, hatimu menjadi hatinya, bahkan jiwamu
menjadi hidupnya. Sepakat pengin terus bersama,
berjanji sehidup semati, berjanji sampai rumah tangga. Asyik dan syahdu.
- Pembuktian, inilah sebuah pengungkapan diri, rasa cinta
yang menggelora pada sang kekasih seakan tak mampu untuk menolak ajakan
sang kekasih. " buktikan cintamu
sayangku". Hal ini menjadikan perasaan masing-masing saling
ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan diantara keduanya. Bila sudah
seperti ini ajakan ciuman bahkan bersenggama pun sulit untuk ditolak. Na'udzubillah
Begitulah akhirnya mereka berdua telah terjerumus dalam
nafsu syahwat, tali-tali iblis telah mengikat. Mereka jadi terbiasa jalan
berdua bergandengan tangan, canda gurau dengan cubit sayang, senyum tawa sambil
bergelayutan, dan cium sayang melepas abang. Kunjungan kesatu, kedua,
ketiga, keseratus, keseribu, dan yang tinggal sekarang adalah suasana usang,
bosan, dan menjenuhkan percintaan . Segalanya telah diberikan sang juliet,
Juliet pun menuntut sang Romeo bertanggung jawab ? Ternyata sang romeo pergi
tanpa pesan walaupun datang dengan kesan. Sungguh malang nasib Juliet.
Wahai para Muslimah sadarlah akan lamunan kalian ,
bayang-bayang cinta yang suci, bukanlah dengan pacaran , cobalah pikirkan
buat kamu muslimah yang masih bergelimang dengan pacaran atau kalian wahai
pemuda yang suka gonta-ganti pacar. Cobalah jawab dengan hati jujur
pertanyaan-pertanyaan berikut dan renungkan ! Kami tanya :
- Apakah kamu dapat berlaku jujur tentang hal adegan yang
pernah kamu kamu lakukan waktu pacaran dengan si A,B,C s/d Z kepada calon
pasangan yang akan menjadi istri atau suami kamu yang sesungguhnya ? Kalau
tidak kenapa kamu berani mengatakan, pacaran merupakan suatu bentuk
pengenalan kepribadian antara dua insan yang saling jatuh cinta dengan
dilandasi sikap saling percaya ? Sedangkan kenapa kepada calon pasangan
hidup kamu yang sesungguhnya kamu berdusta ? Bukankah
sikap keterbukaan merupakan salah satu kunci terbinanya keluarga sakinah?
- Mengapa kamu pusing tujuh keliling
untuk memutuskan seseorang menjadi pendamping hidupmu ? Apakah kamu takut
mendapat pendamping yang setelah sekian kali pindah tangan ? " Aku
ingin calon pendamping yang baik-baik" Kamu katakan seperti ini tapi
mengapa kamu begitu gemar pacaran, hingga melahirkan korban baru yang siap
pindah tangan dengan kondisi " Aku bukan calon pendamping yang
baik" , bekas dari tanganmu, sungguh bekas tanganmu ?
- Jika kamu disuruh memilih diantara
dua calon pasangan hidup kamu antara yang satu pernah pacaran dan yang
satu begitu teguh memegang syari'at agama, yang mana yang akan kamu pilih
? Tentu yang teguh dalam memegangi agama, ya Khan ? Tapi kenapa kamu
berpacaran dengan yang lain sementara kamu menginginkan pendamping yang
bersih ?
Pada pembahasan sesion ini kita akan mengangkat masalah
pacaran. Pacaran yang sudah merupakan fenomena mengejala dan bahkan sudah
seperti jamur dimusim hujan menjadi sebuah ajang idola bagi remaja. Cinta
memang sebuah anugerah, cinta hadir untuk memaniskan hidup di dunia
apalagi rasa cinta kepada lawan jenis, sang pujaan hati atau sang kekasih hati
menjadikan cinta itu begitu terasa manis bahkan kalo orang bilang bila orang
udah cinta maka empedu pun terasa seperti gula. Begitulah cinta, sungguh hal
yang telah banyak menjerumuskan kaum muslimin ke dalam jurang kenistaan
manakala tidak berada dalam jalur rel yang benar. Mereka sudah tidak tahu lagi
mana cinta yang dibolehkan dan mana yang dilarang.
Kehidupan seorang muslim atau muslimah tanpa pacaran adalah
hambar, begitulah kata mereka. Kalau dikatakan nggak usah kamu pacaran maka
serentak ia akan mengatakan " Lha kalo nggak pacaran, gimana kita bisa
ngenal calon pendamping kita ?". kalo dikatakan pacaran itu haram akan dikatakan,
" pacaran yang gimana dulu.". Beginilah keadaan kaum muda sekarang,
racun syubhat, dan racun membela hawa nafsu sudah menjadi sebuah hakim
akan hukum halal-haram, boleh dan tidak. Tragis memang kondisi kita ini,
terutama yang muslimah. Mereka para muslimah kebanyakan berlomba-lomba untuk
mendapatkan sang pacar atau sang kekasih, apa sebabnya, " Aku takut nggak
dapat jodoh ". Muslimah banyak ketakutannya tentang calon pendamping,
karena mereka tahu bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1 : 5.
Tapi apakah jalan pacaran sebagai penyelesaian ? Jawabnya Tidak. Bagaimana
bisa, kita ikuti selengkapnya pembahasan ini sebagai berikut, ( diambil dari
buku Pacaran dalam Kacamata Islam karya Abdurrahman al-Mukaffi)
Dikatakan beliau bahwa pacaran dikategorikan sebagai
nafsu syahwat yang tidak dirahmati oleh Allah, karena ketiga rukun yang
menumbuhkan rasa cinta menyatu di luar perkawinan. Hal ini dilakukan dengan
dalih sebagai suatu penjajakan guna mencari partner yang ideal dan serasi bagi
masing-masing pihak. Tapi dalam kenyataannya masa penjajakan ini tidak lebih
dimanfaatkan sebagai pengumbaran nafsu syahwat semata-mata, bukan bertujuan
secepatnya untuk melaksanakan perkawinan
Hal ini tercermin dari anggapan mereka bahwa merasakan
ideal dalam memilih partner jika ada sifat-sifat sebagai berikut :
- Mereka merasa beruntung sekali jika
selalu dapat berduaan, dan berpisah dalam waktu pendek saja tidak tahan
rasanya. Dan keduanya merasa satu sama
lain saling memerlukan.
- Mereka merasa cocok satu sama lainnya.
Karena segala permasalahan yang sedang dihadapi dan dirasakan menjadi
masalah yang perlu dicari pemecahannya bersama. Hal ini dimungkinkan
karena mereka satu dengan lainnya merasa dapat mencapai saling pengertian
dalam seluruh aspek kehidupannya.
- Mereka satu sama lain senantiasa
berusaha sekuat tenaga untuk menuruti kemauan sang kekasih. Hal ini
dimungkinkan karena perasaan cinta yang telah tumbuh secara sempurna
dengan pertautan yang kuat.
Tapi tanpa disadari, pacaran itu sendiri telah melambungkan
perasaan cinta makin tinggi. Di sisi lain pacaran menjurus pada hubungan intim
yang merusak cinta, melemahkan dan meruntuhkannya. Karena pada hakekatnya
hubungan intim dalam pacaran adalah tujuan yang hendak dicapai dalam pacaran.
Oleh karena itu orang yang pacaran selalu mendambakan kesyahduan. Dengan
tercapainya tujuan tersebut kemungkinan tuntutannya pun mereda dan gejolak
cintanya melemah. Hingga kebencian menghantui si bunga yang telah layu, karena
si kumbang belang telah menghisap kehormatan secara haram.
Tak ubahnya seperti apa yang dinginkan oleh seorang pemuda
untuk memadu cinta dengan dara jelita kembang desanya. dalam pandangannya sang
dara tampak begitu sempurna. Hingga kala itu pikiran pun hanyut, malam
terkenang, siang terbayang, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak, selalu
terbayang si dia yang tersayang. Hingga tunas kerinduan menjamur
menggapai tangan, menggelitik sambil berbisik. Bisikan nan gemulai, tawa-tawa
kecil kian membelai, canda-canda hingga terkulai, karena asyik, cinta pun telah
menggulai. Menggulai awan yang mengawang, merobek cinta yang tinggi membintang,
hingga luka mengubur cinta.
Bagaimana pandangan Ibnu Qoyyim tentang hal ini ? Kata
Ibnu Qoyyim, " Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak
cinta. Malah, cinta diantara keduanya akan berakhir dengan sikap saling
membenci dan bermusuhan. Karena bila keduanya telah merasakan kenikmatan dan
cita rasa cinta, tidak boleh tidak akan timbul keinginan lain yang tidak
diperoleh sebelumnya. "
" Bohong !" Itulah pandangan mereka guna
membela hawa nafsunya yang dimurkai Allah, yakni berpacaran. Karena mereka
telah tersosialisasi dengan keadaan seperti ini, seolah-olah mengharuskan
adanya pacaran dengan bercintaan secara haram. Bahkan lebih dari itu mereka
berani mengikrarkan, bahwa cinta yang dilahirkan bersama dengan sang pacar
adalah cinta suci dan bukan cinta birahi. Hal ini didengung-dengungkan,
dipublikasikan dalam segala bentuk media, entah cetak maupun elektronika. Entah
yang legal maupun ilegal. Padahal yang diistilahkan kesucian dalam islam adalah
bukanlah semata-mata kepemudaan, kegadisan dan selaput dara saja. Lebih dari
itu, kesucian mata, telinga, hidung, tangan dan sekujur anggota tubuh, bahkan
kesucian hati wajib dijaga. Zinanya mata adalah berpandangan dengan lawan jenis
yang bukan muhrimnya, zinanya hati adalah membayangkan dan menghayal,
zinanya tangan adalah menyentuh tubuh wanita yang bukan muhrim. Dan pacaran
adalah refleksi hubungan intim, dan merupakan ring empuk untuk memberi
kesempatan terjadinya segala macam zina ini.
Rasulullah bersabda,
" Telah tertulis atas anak adam nasibnya dari hal
zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tak dapat tidak. Zinanya mata adalah
melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan
adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan, zina hati adalah ingin dan
berangan-angan. Dibenarkan hal ini oleh kelaminnya atau didustakannya."
Jika kita sejenak mau introspeksi diri dan mengkaji
hadist ini dengan kepala dingin maka dapat dipastikan bahwa segala macam bentuk
zina terjadi karena motivasi yang tinggi dari rasa tak pernah puas sebagai
watak khas makhluk yang bernama manusia. Dan kapan saja, dimana saja,
perasaan tak pernah puas itu selalu memegang peranan. Seperti halnya dalam
berpacaran ini. Pacaran adalah sebuah proses ketidakpuasan yang terus
berlanjut untuk sebuah pembuktian cinta. Kita lihat secara umum tahapan dalam pacaran.
- Perjumpaan pertama, yaitu perjumpan
keduanya yang belum saling kenal. Kemudian berkenalan baik melalui
perantara teman atau inisiatif sendiri. hasrat ingin berkenalan ini begitu
menggebu karena dirasakan ada sifat2 yang menjadi sebab keduanya merasakan
getaran yang lain dalam dada. Hubungan pun berlanjut, penilaian terhadap
sang kenalan terasa begitu manis, pertama ia
nilai dengan daya tarik fisik dan penampilannya, mata sebagai juri. Senyum
pun mengiringi, kemudian tertegun akhirnya, akhirnya jantung berdebar, dan
hati rindu menggelora. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah kata-kata
pujian, kemudian ia tuliskan dalam buku diary, "Akankah ia
mencintaiku." Bila bertemu ia akan pandang berlama-lama, ia akan
puaskan rasa rindu dalam dadanya.
- Pengungkapan diri dan pertalian, disinilah tahap ucapan I
Love You, "Aku mencintaimu". Si Juliet akan sebagai penjual akan
menawarkan cintanya dengan rasa malu, dan sang Romeo akan membelinya
dengan, "I LOve You". Jika Juliet diam dengan tersipu dan
tertunduk malu, maka sang Romeo pun telah cukup mengerti dengan sikap itu.
Kesepakatan pun dibuat, ada ijin sang romeo untuk datang kerumah,
"Apel Mingguan atau Wakuncar ". Kapan pun sang Romeo pengin
datang maka pintu pun terbuka dan di sinilah mereka akan menumpahkan
perasaan masing-masing, persoalanmu menjadi persoalannya, sedihmu menjadi
sedihnya, sukamu menjadi riangnya, hatimu menjadi hatinya, bahkan jiwamu
menjadi hidupnya. Sepakat pengin terus bersama,
berjanji sehidup semati, berjanji sampai rumah tangga. Asyik dan syahdu.
- Pembuktian, inilah sebuah pengungkapan diri, rasa cinta
yang menggelora pada sang kekasih seakan tak mampu untuk menolak ajakan
sang kekasih. " buktikan cintamu
sayangku". Hal ini menjadikan perasaan masing-masing saling
ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan diantara keduanya. Bila sudah
seperti ini ajakan ciuman bahkan bersenggama pun sulit untuk ditolak. Na'udzubillah
Begitulah akhirnya mereka berdua telah terjerumus dalam
nafsu syahwat, tali-tali iblis telah mengikat. Mereka jadi terbiasa jalan
berdua bergandengan tangan, canda gurau dengan cubit sayang, senyum tawa sambil
bergelayutan, dan cium sayang melepas abang. Kunjungan kesatu, kedua,
ketiga, keseratus, keseribu, dan yang tinggal sekarang adalah suasana usang,
bosan, dan menjenuhkan percintaan . Segalanya telah diberikan sang juliet,
Juliet pun menuntut sang Romeo bertanggung jawab ? Ternyata sang romeo pergi
tanpa pesan walaupun datang dengan kesan. Sungguh malang nasib Juliet.
Wahai para Muslimah sadarlah akan lamunan kalian ,
bayang-bayang cinta yang suci, bukanlah dengan pacaran , cobalah pikirkan
buat kamu muslimah yang masih bergelimang dengan pacaran atau kalian wahai
pemuda yang suka gonta-ganti pacar. Cobalah jawab dengan hati jujur
pertanyaan-pertanyaan berikut dan renungkan ! Kami tanya :
- Apakah kamu dapat berlaku jujur tentang hal adegan yang
pernah kamu kamu lakukan waktu pacaran dengan si A,B,C s/d Z kepada calon
pasangan yang akan menjadi istri atau suami kamu yang sesungguhnya ? Kalau
tidak kenapa kamu berani mengatakan, pacaran merupakan suatu bentuk
pengenalan kepribadian antara dua insan yang saling jatuh cinta dengan
dilandasi sikap saling percaya ? Sedangkan kenapa kepada calon pasangan
hidup kamu yang sesungguhnya kamu berdusta ? Bukankah
sikap keterbukaan merupakan salah satu kunci terbinanya keluarga sakinah?
- Mengapa kamu pusing tujuh keliling
untuk memutuskan seseorang menjadi pendamping hidupmu ? Apakah kamu takut
mendapat pendamping yang setelah sekian kali pindah tangan ? " Aku
ingin calon pendamping yang baik-baik" Kamu katakan seperti ini tapi
mengapa kamu begitu gemar pacaran, hingga melahirkan korban baru yang siap
pindah tangan dengan kondisi " Aku bukan calon pendamping yang
baik" , bekas dari tanganmu, sungguh bekas tanganmu ?
- Jika kamu disuruh memilih diantara
dua calon pasangan hidup kamu antara yang satu pernah pacaran dan yang
satu begitu teguh memegang syari'at agama, yang mana yang akan kamu pilih
? Tentu yang teguh dalam memegangi agama, ya Khan ? Tapi kenapa kamu
berpacaran dengan yang lain sementara kamu menginginkan pendamping yang
bersih ?
- Bagaimana perasaan kamu jika
mengetahui istri/ suami kamu sekarang punya nostalgia berpacaran yang
sampai terjadi tidak suci lagi ? Tentu kecewa bukan kepalang. Tetapi
mengapa sekarang kamu melakukan itu kepada orang yang itu akan menjadi
pendamping hidup orang lain ?
- Kalaupun istri/suami kamu sekarang
mau membuka mulut tentang nostalgia berpacaran sebelum menikah dengan
kamu. Apakah kamu percaya jika dia bilang kala itu kami berdua hanya
bicara biasa-biasa saja dan tidak saling bersentuhan tangan ? Kalau tidak
kenapa ketika pacaran bersentuhan tangan dan berciuman kamu bilang sebagai
bumbu penyedap ?
- Jika kamu nantinya sudah punya anak
apakah rela punya anak yang telah ternoda ? Kalau tidak kenapa kamu tega
menyeret Ortu kamu ke dalam neraka Api Allah ? Kamu tuntut mereka di
hadapan Allah karena tidak melarang kamu berpacaran dan tidak menganjurkan
kamu untuk segera menikah.
Karena itu wahai muslimah dan kalian para pemuda kembalilah
ke fitrah semula. Fitrah yang telah menjadi sunattullah, tidak satupun yang
lari daripadanya melainkan akan binasa dan hancur.
Sekarang anda sudah tahu. Selanjutnya terserah anda!!!!!
Belum ada tanggapan untuk "BAGAIMANA PACARAN MENURUT ISLAM ?"
Post a Comment