Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei lalu tersiar kabar bahwa Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menandatangani nota kesepahaman dengan satu vendor piranti lunak proprietary. Spekulasi pun merebak, terutama di komunitas penggiat Free Open Source Software (FOSS).
Mereka berasumsi Kemendiknas kini beralih kemudi menyupiri proprietary. Onno W. Purbo, salah satu 'imam' gerakan FOSS Indonesia, menuliskan bela sungkawa di akun Twitter-nya 3 Mei lalu. "Turut berduka cita atas ditandatanganinya kerjasama M$ + MENDIKNAS :(((," kicau Onno, prihatin.
Sebagaimana penulis, rekan-rekan di Makodim 0106 Aceh Tengah yang sukses migrasi ke FOSS tentu butuh tekad, komitmen dan kemauan kuat. Apalagi bila dari awal kenal komputer sudah dibiasakan memakai sistem operasi dan program aplikasi proprietary. Perlu tambahan keberanian untuk memantapkan pilihan Open Source. Tekad prinsip taat, kemauan patuh aturan dan komitmen memulai pilihan legal, itu kuncinya.
Mengenai tekad, kemauan dan komitmen migrasi ke legal FOSS ini, penulis sering mengibaratkan dengan proses Face-Off. Sebagaimana seseorang ketika menyadari mukanya picak, bopeng, penyakitan terserang virus, dan kelihatan bolong-bolong menakutkan, satu-satunya alternatif penyembuhan yang mungkin ia pilih adalah operasi ubah wajah. Face-Off transplantasi total sistem saraf, rekonstruksi kulit dan otot akan membuat wajahnya kembali biasa senormal manusia lainnya.
Demikianlah wajah buruk rupa pembajakan piranti lunak pengguna komputer Indonesia. Alih-alih ingin nyaman, praktis serta bergaya seperti pemilik komputer umumnya, pengguna piranti illegal proprietary ini malah menampilkan 'wajah bajak laut' yang picak, kulit bolong-bolong menakutkan, penuh virus dan penyakitan.
Satu-satunya tindakan cepat darurat yang bisa menyelamatkan adalah operasi face off. Transplantasi total sistem operasi, rekonstruksi ganti 'wajah' FOSS yang lebih manusiawi setelah kemarin lama terlihat mengerikan dengan 'wajah bajak proprietary'.
Galibnya operasi face off akan sulit, sakit, dan berbiaya mahal. Tapi untungnya operasi ganti wajah FOSS ini justru mudah, tidak sakit dan berbiaya murah. Karena pakar FOSS 'spesialis bedah face off' dari seluruh dunia tergugah mempermudah.
Mereka sukarela melayani pemula FOSS, sehingga kesulitan bisa diatasi. Juga relawan lokal yang handal turut membantu. Para pekerja sosial TI ini bekerja sukarela sehingga biaya face off 'ganti wajah' bisa dipermurah.
Terkait face off itu, ada pekerjaan besar dan gegas menanti para pegiat FOSS Indonesia. Pertama, beradu waktu menyukseskan target IGOS yang tahun ini mau lewat tenggat. Kedua, advokasi sekaligus edukasi institusi pendidikan hingga level desa agar mereka lebih memilih FOSS yang murah, mudah, dan sah. Ketiga, perluasan jejaring, pengembangan strategi dan kemudahan penyediaan akses informasi (help desk) FOSS.
Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei lalu tersiar kabar bahwa Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menandatangani nota kesepahaman dengan satu vendor piranti lunak proprietary. Spekulasi pun merebak, terutama di komunitas penggiat Free Open Source Software (FOSS).
Mereka berasumsi Kemendiknas kini beralih kemudi menyupiri proprietary. Onno W. Purbo, salah satu 'imam' gerakan FOSS Indonesia, menuliskan bela sungkawa di akun Twitter-nya 3 Mei lalu. "Turut berduka cita atas ditandatanganinya kerjasama M$ + MENDIKNAS :(((," kicau Onno, prihatin.
Seolah menghibur kekhawatiran pegiat FOSS itu, kabar gembira berhembus dari ujung barat Indonesia. Melalui tweet seorang rekan, penulis terhubung ke pranala berita "Kodim Pertama di Indonesia yang Menerapkan Open Source". Antusiasme sangat terlihat dari kalimat pembuka berita yang ditulis pewartanya, "Tidak mau kalah dengan Departemen Pertahanan Amerika, Kodim 0106 Aceh Tengah sejak pertengahan April 2011 lalu resmi bermigrasi menggunakan Open Source untuk mendukung proses administrasi di Makodim 0106".
Sebagaimana penulis, rekan-rekan di Makodim 0106 Aceh Tengah yang sukses migrasi ke FOSS tentu butuh tekad, komitmen dan kemauan kuat. Apalagi bila dari awal kenal komputer sudah dibiasakan memakai sistem operasi dan program aplikasi proprietary. Perlu tambahan keberanian untuk memantapkan pilihan Open Source. Tekad prinsip taat, kemauan patuh aturan dan komitmen memulai pilihan legal, itu kuncinya.
Mengenai tekad, kemauan dan komitmen migrasi ke legal FOSS ini, penulis sering mengibaratkan dengan proses Face-Off. Sebagaimana seseorang ketika menyadari mukanya picak, bopeng, penyakitan terserang virus, dan kelihatan bolong-bolong menakutkan, satu-satunya alternatif penyembuhan yang mungkin ia pilih adalah operasi ubah wajah. Face-Off transplantasi total sistem saraf, rekonstruksi kulit dan otot akan membuat wajahnya kembali biasa senormal manusia lainnya.
Demikianlah wajah buruk rupa pembajakan piranti lunak pengguna komputer Indonesia. Alih-alih ingin nyaman, praktis serta bergaya seperti pemilik komputer umumnya, pengguna piranti illegal proprietary ini malah menampilkan 'wajah bajak laut' yang picak, kulit bolong-bolong menakutkan, penuh virus dan penyakitan.
Satu-satunya tindakan cepat darurat yang bisa menyelamatkan adalah operasi face off. Transplantasi total sistem operasi, rekonstruksi ganti 'wajah' FOSS yang lebih manusiawi setelah kemarin lama terlihat mengerikan dengan 'wajah bajak proprietary'.
Galibnya operasi face off akan sulit, sakit, dan berbiaya mahal. Tapi untungnya operasi ganti wajah FOSS ini justru mudah, tidak sakit dan berbiaya murah. Karena pakar FOSS 'spesialis bedah face off' dari seluruh dunia tergugah mempermudah.
Mereka sukarela melayani pemula FOSS, sehingga kesulitan bisa diatasi. Juga relawan lokal yang handal turut membantu. Para pekerja sosial TI ini bekerja sukarela sehingga biaya face off 'ganti wajah' bisa dipermurah.
Terkait face off itu, ada pekerjaan besar dan gegas menanti para pegiat FOSS Indonesia. Pertama, beradu waktu menyukseskan target IGOS yang tahun ini mau lewat tenggat. Kedua, advokasi sekaligus edukasi institusi pendidikan hingga level desa agar mereka lebih memilih FOSS yang murah, mudah, dan sah. Ketiga, perluasan jejaring, pengembangan strategi dan kemudahan penyediaan akses informasi (help desk) FOSS.
Belum ada tanggapan untuk "Perangi Pembajakan dengan Face Off & FOSS On"
Post a Comment